mitos garam

Berbagai Mitos Garam yang Perlu Anda Ketahui!

Sebagai salah satu bahan makanan yang terus dikonsumsi masyarakat, garam menyimpan banyak sekali mitos yang tentu saja tidak semuanya benar. Seorang konsumen yang cerdas, seharusnya bisa menyikapi mitos garam tersebut dengan bijak dan memilah benar atau salahnya.

Dengan begitu, siapapun bisa mengkonsumsi garam sesuai takarannya tanpa khawatir mitos-mitos yang ternyata tidak terbukti secara ilmiah. Anda juga bisa mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan hidup berdampingan pada garam tanpa menjauhinya sama sekali.

Berbagai Mitos Garam

Mitos seputar garam dan kandungannya sebenarnya mudah bermunculan karena berbagai kondisi yang kebetulan terjadi setelah seseorang mengonsumsi garam. Karena terjadi secara berulang, jadilah mitos tersebut dianggap benar. Adapun beberapa mitos yang wajib diketahui oleh konsumen meliputi:

1. Garam Tidak Baik untuk Kesehatan

Mitos yang paling gencar terdengar di masyarakat adalah bahwa garam tidak baik untuk kesehatan. Ini disebabkan karena sebagian masyarakat yang mengidap penyakit tertentu mendapat anjuran untuk tidak mengkonsumsi garam dari dokter.

Garam memang tidak baik dikonsumsi berlebihan oleh mereka yang mengidap penyakit jantung dan hipertensi. Tapi bukan berarti garam tidak baik sama sekali untuk kesehatan sehingga harus dihindari. Selama mengonsumsinya tidak lebih dari 2200 mg per hari, garam tergolong aman.

Bahkan American Heart Association mengatakan bahwa garam termasuk salah satu nutrisi esensial yang juga dibutuhkan untuk kesehatan dalam mengatur tekanan darah. Garam juga memiliki peran meningkatkan fungsi otot dan saraf dengan baik sehingga tidak perlu ditakuti selama konsumsinya wajar.

2. Orang yang Tidak Hipertensi Tidak Perlu Membatasi Garam

Garam memang terkenal sebagai pantangan bagi mereka yang mengidap penyakit hipertensi. Meski demikian, bukan berarti semua orang bisa mengkonsumsinya secara berlebihan karena merasa kondisi kesehatannya cukup baik.

Terlalu sering mengonsumsi garam melebihi batas wajar juga bisa berdampak di masa mendatang. Pasalnya, seiring bertambahnya usia risiko penyakit hipertensi juga semakin besar. Jadi membatasi konsumsinya sejak dini bisa mencegah hipertensi di masa mendatang.

Kondisi hipertensi memang sedikit banyak dipicu oleh konsumsi garam berlebih karena kandungan garam berlebihan akan membuat tubuh menahan air untuk mengencerkannya. Air inilah yang bisa meningkatkan volume darah sehingga jantung harus bekerja keras.

3. Minum Banyak Garam Setelah Berkeringat untuk Menggantikan yang Hilang

Keringat yang keluar dari dalam tubuh memang mengandung garam. Namun bukan berarti saat tubuh mengeluarkan keringat, seseorang harus menggantinya dengan mengonsumsi garam. Faktanya, garam yang hilang dari dalam tubuh ketika berkeringat jumlahnya sangat sedikit.

Kalaupun ingin menggantikannya, cukup dengan minum air putih sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang. Jadi, mitos dan anjuran yang menyuruh minum air garam setelah mengeluarkan banyak keringat tidak terbukti secara ilmiah dan tidak perlu diterapkan.

4. Diet Tanpa Garam Baik untuk Tubuh

Dianggap sebagai pemicu hipertensi dan penyakit lainnya, banyak yang menerapkan diet dengan cara tidak mengonsumsi garam. Mitos garam yang beredar, diet ini tidak hanya efektif melangsingkan tubuh namun juga baik untuk kesehatan.

Padahal, menerapkan diet dengan tidak mengkonsumsi garam sama sekali juga berbahaya bagi tubuh dan justru bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya.

Berdasarkan penelitian dalam Journal of Hypertension, orang yang mengurangi sodium hingga 1000 mg bisa mengalami darah rendah, risiko diabetes, detak jantung lebih tinggi, serta kehilangan cairan. Bahkan berat tubuh menjadi berkurang karena tidak ada garam yang mengikat air dalam tubuh.

Adapun diet garam sendiri sebenarnya diterapkan dengan membatasi konsumsi garam dalam sehari, bukan tidak mengkonsumsinya sama sekali. Diet ini biasanya disarankan dokter untuk mereka yang mengidap penyakit terkait.

5. Tidak Memasukkan Garam Pada Makanan untuk Mengurangi Natrium

Cara mengurangi konsumsi natrium yang umum dilakukan masyarakat adalah dengan tidak memasukkan garam pada olahan makanan yang dibuat. Ini dilakukan seiring berkembangnya mitos yang mengatakan bahwa hanya garam yang mengandung natrium.

Cara ini tentu kurang efektif untuk mengurangi konsumsi natrium jika makanan jenis lainnya yang mengandung garam masih sering dikonsumsi secara berlebihan. Sebaliknya, cara yang efektif adalah dengan mengenal berbagai makanan yang mengandung natrium dan mengurangi konsumsinya.

6. Makanan Tidak Asin Tidak Mengandung Garam

Salah satu tips yang paling banyak diterapkan untuk menghindari garam berlebih pada tubuh adalah tidak memakan makanan yang rasanya asin. Menurut mitos yang berkembang, makanan yang tidak asin tidak mengandung garam ataupun natrium.

Faktanya, banyak juga makanan yang rasanya tidak asin tapi mengandung natrium tinggi. Misalnya saja aneka makanan beku, daging, keju, sereal, saus, cemilan, hingga minuman yang mengandung soda.

7. Sea Salt Lebih Baik Karena Memiliki Kadar Natrium Lebih Rendah

Mitos garam baru-baru ini yang cukup viral adalah terkait garam laut atau sea salt yang dianggap lebih baik dari garam jenis lainnya. Menurut isu yang berkembang, garam laut mengandung kadar natrium lebih rendah sehingga bisa dijadikan alternatif untuk penderita hipertensi.

Padahal, garam laut sebenarnya memiliki kandungan natrium yang sama saja dengan garam dapur, yakni sekitar 40%. Demikian halnya dengan garam kristal yang juga bisa memberikan efek sama pada tubuh.

Perbedaan berbagai jenis garam konsumsi sebenarnya bukan dari kadar natriumnya, melainkan pada prosesnya pembuatannya.

8. Makanan Rendah Natrium Kurang Enak

Kendala utama sulitnya masyarakat mengurangi konsumsi garam adalah karena menganggap makanan tanpa garam rasanya kurang enak. Mitos ini bisa menjadi fakta bagi mereka yang belum terbiasa meracik makanan dengan olahan bumbu lainnya selain garam.

Untuk melezatkan rasa makanan tanpa garam, ada alternatif rempah lainnya yang bisa dimanfaatkan seperti cengkeh, kemiri, kayu manis, ketumbar, lada, hingga jeruk nipis.

9. Garam dan Sodium Sama

Garam memiliki nama kimia Natrium Chlorida atau NaCl serta sodium klorida. Tapi bukan berarti sodium dengan garam itu sama. Bahkan dalam satu garam, di dalamnya hanya mengandung setengah sodium saja.

Fakta ini bisa dijadikan tolak ukur dalam membeli makanan agar tidak mengonsumsi sodium berlebihan. Apabila dalam sebuah kemasan makanan ditemukan keterangan mengandung garam 10 % berarti sodiumnya hanya 5% nya saja. Sodium sendiri berperan untuk menjaga fungsi dan kerja kontraksi otot serta mencegah dehidrasi.

10. Garam Penyebab Utama Hipertensi

Sebagai pantangan orang yang menderita hipertensi, garam sering menjadi tersangka atau penyebab utama munculnya penyakit hipertensi. Mitos ini tentu harus diluruskan agar masyarakat tidak perlu khawatir dalam mengkonsumsi garam dan bahkan sampai menghindarinya.

Penyebab hipertensi sebenarnya sangat banyak, bisa karena keturunan, faktor usia yang semakin menua, serta karena kondisi medis tertentu. Sementara garam hanya masuk kategori penyebab hipertensi karena gaya hidup tidak sehat, yakni sering mengkonsumsinya secara berlebihan.

Setelah mengetahui berbagai mitos garam serta fakta dibaliknya, Anda tidak perlu lagi menjadikan garam sebagai kambing hitam atas berbagai masalah kesehatan yang terjadi. Bahkan garam juga memberikan manfaat bagi tubuh selama dikonsumsi dalam batas wajar sehingga tidak perlu dihindari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan FREE Sample untuk pembelian pertama. Hubungi kami disini

X